Site icon mukhliszr.mj-vers.com

4 Ruang Lingkup Kurikulum Berbasis Cinta: Penemuan, Impian, Desain, dan Dampak bagi Pendidikan

Ruang Lingkup Kurikulum Berbasis Cinta

Ruang Lingkup Kurikulum Berbasis Cinta  Dalam pusaran globalisasi dan revolusi digital, pendidikan sering terjebak pada logika angka, capaian akademik, dan kompetisi yang keras. Ruh kemanusiaan seakan memudar dari ruang kelas, sehingga peserta didik kerap kehilangan makna belajar yang sesungguhnya. Di sinilah muncul gagasan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), sebuah pendekatan yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan nilai empati, kasih sayang, dan kepekaan sosial. Artikel ini akan menelusuri ruang lingkup KBC melalui empat fase penting: penemuan, impian, desain, dan dampak.

4 Ruang Lingkup Kurikulum Berbasis Cinta, Diantaranya :

Discovery (Penemuan): Mencari Fondasi Cinta dalam Pendidikan

Tahap pertama KBC adalah fase Discovery, yakni eksplorasi makna cinta yang menjadi landasan kurikulum ini. Cinta bukan sekadar perasaan emosional, tetapi energi universal yang hadir dalam setiap ajaran agama dan tradisi spiritual.

Berbagai agama menghadirkan mozaik kaya tentang pemahaman cinta. Setiap tradisi spiritual mengekspresikannya secara unik, mulai dari cinta ilahi kepada Sang Pencipta, kasih kepada sesama manusia, penghargaan terhadap diri sendiri, hingga kepedulian pada alam semesta. Jika kita menarik benang merahnya, kita akan menemukan pesan universal bahwa cinta merupakan inti dari semua ajaran spiritual, melampaui sekat keyakinan dan perbedaan.

KBC menjadi sebuah bangunan filosofis yang lengkap. Ontologi bertanya apa itu cinta dalam ranah pendidikan. Epistemologi membahas bagaimana kita memahami dan mengajarkan cinta. Aksiologi menjawab untuk apa cinta dipraktikkan, yakni demi kehidupan yang lebih manusiawi.

krisis moral, dehumanisasi teknologi, hingga konflik sosial. Dengan berangkat dari cinta, pendidikan tidak hanya mencetak intelektual, tetapi juga pribadi yang berempati, inklusif, dan peduli lingkungan.

Baca Juga: Kurikulum Berbasis Cinta (KBC): Telaah Definisi, Tujuan, Tantangan, Pendidikan Masa Depan

Dream (Impian): Merumuskan Visi Pendidikan Berbasis Cinta

Setelah menemukan fondasi cinta, tahap berikutnya adalah Dream, yakni merumuskan visi dan impian jangka panjang.

Baca Juga: Kurikulum Berbasis Cinta (KBC): Antara Visi Ideal dan Praktik di Lapangan

Design (Desain): Merancang Praktik Nyata Ruang Lingkup Kurikulum Berbasis Cinta

Tahap Design merupakan cetak biru untuk mengimplementasikan KBC dalam dunia nyata.

Baca Juga: Krisis Literasi di Era Digital

Destiny (Dampak): Mengukur dan Menyebarkan Warisan Cinta

Fase terakhir adalah Destiny, yakni memastikan KBC memberi dampak berkelanjutan.

Baca Juga: Masjid, Madrasah, dan Media: 3 Pilar Edukasi Islam

Dapat Disimpulkan, bahwa Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) bukan sekadar utopia. Dengan melalui empat fase—penemuan, impian, desain, dan dampak pendidikan dapat menemukan kembali ruhnya sebagai jalan memanusiakan manusia. Jika kita menerapkan secara konsisten, kita akan mencetak bukan hanya generasi yang pintar, tetapi juga generasi penuh kasih sayang yang siap menjawab tantangan zaman.

Pendidikan berbasis cinta adalah investasi jangka panjang. Ia tidak hanya membentuk masa depan individu, tetapi juga menata ulang wajah kemanusiaan di tengah dunia yang semakin kompleks. Inilah saatnya kita berani membawa cinta ke dalam ruang kelas, agar pendidikan kembali menemukan makna sejatinya.

 

Sumber:

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6077 Tahun 2025

Panduan Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah

Exit mobile version