Solusi Realita Dunia Defisit Cinta

Solusi Realita Dunia Defisit Cinta – Dunia modern saat ini tengah menghadapi krisis yang sering disebut sebagai defisit cinta. Gejala ini tampak dari menipisnya empati, meningkatnya konflik, krisis lingkungan, hingga runtuhnya nilai-nilai moral. Krisis ini bukan sekadar masalah sosial, melainkan berakar pada problem filosofis mendalam: hilangnya cinta sebagai prinsip dasar yang menyatukan manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) hadir sebagai tawaran solusi Realita Dunia Defisit Cinta. Berlandaskan cinta sebagai kekuatan fundamental, KBC mengajak kita untuk membangun kembali kesadaran filosofis yang terabaikan: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Masalah Ontologis: Hilangnya Kesadaran Akan Kesatuan Realitas

Masalah ontologis muncul ketika manusia gagal memahami hakikat realitas yang tunggal dan saling terhubung. 

Akibatnya, cinta kepada Tuhan semakin memudar, kecintaan antar-manusia melemah, dan hubungan harmonis dengan alam terkikis. Padahal, tanpa kesadaran bahwa seluruh eksistensi saling terhubung, manusia akan kehilangan fondasi harmoni dan kedamaian.

Masalah Epistemologis: Pengetahuan Tanpa Cinta

Krisis berikutnya adalah epistemologis, yaitu kegagalan manusia dalam menyerap pengetahuan secara holistik. Tanpa cinta sebagai penghubung, pengetahuan terkotak-kotak, sekadar menjadi informasi atomistik tanpa makna menyeluruh.

Pengetahuan semacam ini mendorong manusia untuk mendominasi, bukan merawat. Alam diperlakukan sebagai objek eksploitasi, sesama manusia dipandang sebagai kompetitor, dan kehidupan kehilangan makna sejatinya. Ketiadaan cinta membuat pengetahuan kehilangan jiwa: ia berhenti menjadi jalan menuju kebijaksanaan, dan berubah menjadi alat kekuasaan.

Masalah Aksiologis: Krisis Etika dan Moral

Dua masalah di atas bermuara pada problem aksiologis, yakni absennya etika berbasis cinta. Absennya etika ini melahirkan kekerasan, intoleransi, kerusakan lingkungan, ketidakadilan sosial, dan runtuhnya integritas moral.

Etika yang seharusnya menuntun manusia menjaga harmoni kini tergeser oleh egoisme dan kepentingan sesaat. Ketika cinta hilang, nilai luhur berhenti menjadi panduan hidup, dan tatanan sosial pun terancam runtuh.

Kurikulum Berbasis Cinta: Jalan Keluar atas Realita Dunia Defisit Cinta

Di tengah defisit cinta global ini, Kurikulum Berbasis Cinta menawarkan jalan keluar. KBC menempatkan cinta sebagai prinsip dasar pendidikan—bukan sekadar materi tambahan.

  1. Mengembalikan kesadaran ontologis → KBC menanamkan pemahaman bahwa manusia, alam, dan Tuhan adalah satu kesatuan yang saling terkait.
  2. Menghadirkan pengetahuan yang holistik → proses belajar tidak berhenti pada hafalan, tetapi pada pengalaman yang menghubungkan murid dengan realitas dan nilai kemanusiaan.
  3. Menumbuhkan etika cinta → peserta didik dilatih untuk mengembangkan empati, kepedulian sosial, dan tanggung jawab ekologis.

Dengan demikian, KBC bukan hanya sebagai kurikulum pendidikan, melainkan gerakan transformatif untuk membangun kembali dunia yang lebih adil, harmonis, dan penuh kasih.

Defisit cinta adalah tantangan besar zaman modern. Dengan menempatkan cinta sebagai fondasi pendidikan, kita bisa melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana, peduli, dan mampu menjaga keseimbangan hidup.

Kurikulum Berbasis Cinta adalah sebuah harapan baru, sebuah jalan menuju dunia yang kembali dipenuhi cinta.

 

 

Sumber : 

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6077 Tahun 2025

Panduan Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah

 

Baca Juga: Kurikulum Berbasis Cinta (KBC): Telaah Definisi, Tujuan, Tantangan, Pendidikan Masa Depan

Ruang Lingkup Kurikulum Berbasis Cinta

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *